Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.
Penulis Lepas Yogyakarta
Pantaskah kita mengatakan yang terbunuh di jalan Allah itu mati? Pertanyaan ini pantas diajukan kepada semua yang masih menikmati hidup dengan perasaan aman, masih bisa makan, minum, memiliki banyak benda-benda, serta buah-buahan untuk diolah dan dimanfaatkan.
Namun jangan lupa, Allah firman Allah dalam al-Qur’an untuk tidak mengatakan bahwa mereka mati, karena sesungguhnya mereka hidup, akan tetapi kita, yang masih hidup ini tidak menyadari.
Allah juga berfirman sebagaimana tercantum dalam Surat Aali Imraan Ayat 169-175, berikut artinya:
“Dan janganlah kamu sekali-kali mengira bahwa orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, akan tetapi hidup di sisi tuhan mereka dengan mendapat rezeki.”
“mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia dadi Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati.”
“mereka bersenang hati dengan ni’mat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.”
“(yaitu) orang-orang yang menta’ati perintah Allah dan RasulNya setelah mereka mendapat luka (dalam perang Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.”
“(yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada yang mengatakan: sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “ (“Hasbunallahu wa ni’mal wakiil”) cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung”.”
“maka mereka kembali dengan ni’mat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mendapat keridlo’an Allah dan Allah mempunyai karunia yang besar.”
“sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syetan yang menakut-nakuti (kamu) dan kawan-kawanya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu taku kepada mereka, tetapi takutlah kedaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”
Buat pelaku zalim, baik terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain sebanyak apa pun orangbyang duzalimi, adalah azab atau kebalikan dari rahmat sebagaimana yang dikaruniakan kepada orang-orang yang berlaku adil.
“Rahmat untuk Para Syuhada’” adalah merupakan potongan judul artikel ini sebagai kabar baik untuk orang-orang yang beriman, “dan Adzab bagi Pelaku Kezaliman” sebagai lanjutannya yaitu kabar juga, berupa balasan atas kezaliman atau perlakuan tidak adil yang diterima orang-orang mukmin dan kesewenang-wenangan serta melampaui batas.
Para pejuang dalam pengesaan Allah, adalah mereka yang pantas menyandang gelar syuhada’. Merekalah yang pejuang keadilan yang sesungguhnya. Sebagai puncak dari jihad, para syuhada’lah atau orang-orang mati syahid yang membela dan memperjuangkan kebenaran yang sungguhnya, Allahu a’lam.